Kamis, 28 Oktober 2010

Generasi Muda Penerus Cita-cita Bangsa

1.      Pengertian Pemuda
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan. Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat,antara lain :
a.    Kemurnian idealismenya
b.  Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru
c.    Semangat pengabdiannya
d.    Sepontanitas dan dinamikanya
e.    Inovasi dan kereativitasnya
f.      Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g.   Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri
h.    Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat,sikap dan tindakanya dengan kenyatan yang ada. 
2.      Sosialisasi Pemuda
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
a)      Proses sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkunga budayanya.
b)      Media Sosialisasi
- Orang tua dan keluarga
- Sekolah
- Masyarakat
- Teman bermain
- Media Massa.
c) Tujuan Pokok Sosialisasi
    -  Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
-   Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
-   Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
-   Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada  lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
3. Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini. Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi muda. Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
a.       agent of change
b.      agent of development
c.       agent of modernizatiom
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan.
4. Beberapa Permasalahan Dan Tantangan
Perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang diikuti oleh masalah peledakan penduduk dan berbagai krisis dunia dalam bidsng ekonomi, social, budaya, politik dan pertahanan keamanan, telah mempengaruhi masyarakat secara mendasar. Pengaruh itu drasakan pula oleh generasi muda atau pemuda sebagai masalah langsung menyangkut kepentingannya di masa kini dan tantangan yang dihadapinya di masa yang akan dating. Secara garis besar, permasalahan generasi muda itu dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yang meliputi :
a.       Aspek Sosiologi Psikhologi
b.      Aspek Sosial Budaya
c.       Aspek Sosial Ekonomi
d.      Aspek Sosial Politik
Dikutip dari sumber : (Internet Pendidikan dan Masyarakat)

Kamis, 21 Oktober 2010

Fenomena Kehidupan

Dalam hal ini individu bisa dikatakan sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dalam perkembangannya menjadi ‘manusia’, sebagaimana diistilahkan oleh Dick Hartoko, individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi. Sosialisasi inilah yang membantu individu mengembangkan ketiga aspeknya tersebut.

Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud dan tujuannya sendiri. Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini. Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri. Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.

Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.

Aspek individu, keluarga, dan masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat. (By admin | December 14, 2009 - 2:21 pm - Posted in KAmpuzz).

Kamis, 14 Oktober 2010

Hargai Golongan Minoritas di Indonesia

Minoritas adalah kelompok sosial yang tak menyusun mayoritas populasi total dari voting dominan secara politis dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Minoritas sosiologis tak perlu bersifat numerik sebab dapat mencakup kelompok yang di bawah normal dengan memandang pada kelompok dominan dalam hal status sosial, pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan kekuasaan politik.

“Mari kita lindungi dan ayomi kelompok- kelompok minoritas, baik dari segi keagamaan maupun identitas sosial lainnya. Mari kita bangun kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dilandasi kokohnya kerukunan antarumat beragama,” kata Presiden saat memberikan sambutan dalam peringatan Nuzulul Quran Tahun 1431 Hijriyah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (26/8/2010) malam. (Kompas.com Edisi 26/08/2010).

Menarik untuk kita resapi ucapan SBY diatas, ucapan sang negarawan, ucapan yang sangat menyejukkan ditengah keberagaman kita sebagai Indonesia. Kelompok minoritas di Indonesia memang harus dihargai dan dilindungi. Betapa tidak, sudah banyak peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada kebencian terhadap kelompok minoritas. Bila kita menengok kebelakang misalnya, di Makassar bila oknum yang kebetulan dari etnis Cina berbuat kriminal, maka seluruh orang Cina akan mendapatkan akibatnya dan peristiwa terakhir yang masih hangat adalah pembubaran paksa jemaat HKBP yang tengah beribadah di Pondok Timur Indah Bekasi oleh ormas-ormas tertentu.

Golongan minoritas disini bukan hanya orang Cina, orang Kristen. Namun di Indonesia semua agama, suku dan golongan adalah minoritas. Orang Islam minoritas di Manado, Bali, dan Papua, suku Jawa minoritas di Makassar, Suku Makassar minoritas di Maluku. Kalau kita mau mempertentangkan agama, suku atau golongan, maka akan sangat mudah didapat pertentangannya. Olehnya itu kita harus sadar dan menanamkan ke sanubari kita masing-masing bahwa kita ini orang Indonesia adalah satu meskipun berbeda, kita memang berbeda tapi satu jua Indonesia. Begitupun kita sebagai orang Indonesia jangan saling membenci antar satu golongan, suku dan agama yang lain, karena esok atau lusa jika kita benar-benar berperang melawan Malaysia, maka identitas Indonesia-lah yang akan mempersatukan kita di medan perang. Kita semua adalah satu ,Indonesia.

Kategorisasi Minoritas dalam Sejarah Islam
Oleh Novriantoni Kahar

Yang pantas disikapi serius tentulah minoritas yang merongrong sendi-sendi bernegara, sekaligus membuat kekacauan sosial-politik ataupun secara berulang-ulang main hakim sendiri ke kelompok lain. Sejarah politik Islam menunjukkan kelompok seperti ini akan direpresi tanpa ampun. Namun, di sebuah negara beradab seperti Indonesia, perlakuan manusiawi terhadap minoritas apa pun tetaplah harus dijunjung tinggi. Dari situlah tingkat peradaban suatu bangsa dapat diukur dan dibanggakan.

Salah satu persoalan serius Indonesia setelah reformasi adalah kegamangan pemerintah melakukan proteksi terhadap kelompok minoritas agama yang tertindas. Kegamangan itulah yang memasung sikap pemerintah dalam beberapa kasus kekerasan terhadap minoritas Ahmadiyah, Lia Eden, nabi-nabi dan agama-agama lokal, penutupan gereja, serta kasus kekerasan lainnya. Untuk minoritas non-Islam, standarnya dituntun oleh dokumen-dokumen normatif Islam ataupun praktek luhur penguasa muslim yang dibakukan dalam sistem zimmah. Sistem proteksi dan perlakuan setara bagi nonmuslim itu-sekalipun tak relevan di zaman modern ini-secara komparatif jauh lebih beradab dalam mengurus minoritas lain agama dibanding praktek negara-negara Eropa di zaman yang sama.

Minoritas disikapi sebagai bentuk keragaman ekspresi keyakinan internal umat, yang dalam nomenklatur Islam dikenal sebagai adabiyyat al-firaq atau khazanah sekte-sekte. Mereka lazimnya tidak dianggap ancaman terhadap keutuhan bernegara. Soal ini berada di domain dakwah, bukan domain dawlah atau negara. Karena diletakkan sebagai urusan persuasi di antara masyarakat sipil, negara biasanya tidak memperlakukan mereka secara semena-mena, bahkan cenderung menenggang keberadaan mereka. Namun tetap saja tingkat toleransi dan intoleransi penguasa dapat diwarnai dan dipengaruhi oleh propaganda ulama di lingkungan kekuasaan.

Untuk yang jelas-jelas mengancam sendi dan jati diri bangsa pun, sejarah Islam masih memberikan ruang toleransi. Di lingkungan Sunni, minoritas internal Islam seperti Druz dan Syiah masih dimaklumi asalkan tidak berbuat kekacauan. Dalam sejarah Indonesia modern, ini persis seperti mereka yang tak sudi hormat bendera dan menyanyikan Indonesia Raya. Tidak seperti teroris atau ormas garis keras yang melakukan agresi ke pihak lain, mereka sudah sewajarnya mendapat dispensasi meskipun sudah melemahkan sendi-sendi bernegara. (Artikel ini sebelumnya telah dimuat di Majalah Tempo, 13 September 2010)

Yang pantas disikapi serius tentulah minoritas yang merongrong sendi-sendi bernegara, sekaligus membuat kekacauan sosial-politik ataupun secara berulang-ulang main hakim sendiri ke kelompok lain. Sejarah politik Islam menunjukkan kelompok seperti ini akan direpresi tanpa ampun. Namun, di sebuah negara beradab seperti Indonesia, perlakuan manusiawi terhadap minoritas apa pun tetaplah harus dijunjung tinggi. Dari situlah tingkat peradaban suatu bangsa dapat diukur dan dibanggakan. Keluhuran budi dalam memperlakukan kaum minoritas yang nonagresif merupakan ciri bangsa yang maju dan beradab.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Manusia

Assalammu’alaikum WR. WB.

Saya Sulis Tiawati, lahir 10 Januari 1991 di Klender, Jakarta Timur, Indonesia. Anak ketiga dari pasangan Hasan Basri dan Dairah. Beranggotakan kakak laki-laki yang bernama Tarudin, ST. sekarang bekerja di perusahaan swasta di Jakarta. Kakak perempuan yang bernama Vivi Alviah, SE. sudah menikah, dan adik laki-laki saya yang bernama Muhammad Chepy Adirasyah yang usianya masih 2 tahun. Sangat jauh beda usianya dengan saya. Lahir dari keluarga yang sederhana. Dulu kami sekeluarga tinggal di daerah Perumahan Harapan Indah Blok H, Bekasi. Kemudian kami sekeluarga pindah ke Jakarta, karena rumah yang di bekasi di jual untuk kebutuhan hidup keluarga. Saya mulai bersekolah di TK AL-FALAH Klender, Jakarta Timur selama 1 tahun, lalu melanjutkan sekolah MI AL-FALAH juga selama 6 tahun. Di sekolah tersebut saya mendapatkan teman-teman yang baik sama saya. Pada saat saya duduk di kelas 6 SD, saya menderita sakit DBD dan harus dirawat di RS. Yadika, Pondok Bambu, Jakarta Timur, selama 1 minggu. Walaupun ketinggalan pelajaran, saya tidak putus asa, sampai akhirnya saya lulus dari MI AL-FALAH.
Lulus dari MI AL-FALAH saya melanjutkan ke SMPN 198, yang berlokasi di Jalan Pertanian Utara, Klender, Jakarta Timur. Di sekolah ini saya mulai mengenal lebih banyak teman. Saya mendapatkan prestasi yang cukup bagus di sekolah dengan mendapatkan peringkat 1 di kelas. Pada kelas 3, saya diterima di kelas yang murid-muridnya pandai-pandai semua dijadikan 1 kelas. Begitu pusingnya kepala saya dibebankan dengan image seperti itu dan tugas pun juga banyak. Sampai akhirnya saya lulus dengan nilai UN yang cukup bagus.
Tahun 2007 saat lulus dari SMPN 198, saya melanjutkan sekolah di SMA DIPONEGORO 1 (DIPSCHOOL), Rawamangun, Jakarta Timur. Di sekolah ini saya banyak mendapatkan pengalaman dari mulai saya ikut ekskul gamelan, rohis, mentor kimia, sampai pengurus kelas pun saya juga menjadi sekretaris. Pada acara PENSI (Pentas Seni) di Britama Sport Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya mengisi acara gamelan bersama teman-teman dan pengajar di sana. Persiapannya pun sangat sulit mulai dari pagi-pagi harus ke salon dan memakai kebaya. Pada saat kelas 1 sampai kelas 2 saya mendapatkan beasiswa dan sertifikat dari sekolah. Jadi bisa membantu mengurangi beban orang tua saya dalam hal bayaran sekolah. Saya ditugaskan untuk membuat karya tulis sebagai syarat kenaikan kelas 3. Alhamdulilah saya mendapatkan nilai A dari guru pembimbing saya. Saat kelas 3, semua siswa merasa panik dan takut akan kelulusan UN. Saya belajar di sekolah dari pagi sampai sore setiap hari, malamnya saya ada les bahasa Inggris di LIA Pramuka, Jakarta Timur. Saya les bahasa Inggris di LIA selama 1 tahun sampai saya berhenti di level Intermediet 4. Tapi belum lancar juga saya bahasa Inggrisnya. Perlu belajar lagi ke level berikutnya. Sayang uangnya belum ada jadi tidak bisa melanjutkan les lagi. Akhirnya saya dan teman-teman semuanya lulus UN. Alhamdulilah saya mendapatkan nilai UN yang sangat memuaskan peringkat tertinggi kedua di sekolah. Bersyukur dan berusaha menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Lalu sekolah saya mengadakan wisuda atau acara pelepasan siswa-siswi SMA di Gedung Pencaksilat, TMII, Jakarta Timur. Dengan kostum kebaya untuk perempuan dan jas untuk laki-laki. Masa-masa SMA telah usai saatnya meraih masa depan yang lebih cerah.
Setelah lulus UN, saya berniat untuk melanjutkan ke jenjang kuliah, ikut test-test SNMPTN dan STAN. Selama ijazah asli belum keluar, ada ijazah sementara saya gunakan untuk melamar pekerjaan. Saya mencoba mengirim surat lamaran saya ke sebuah perusahaan. Ternyata saya dipanggil untuk bekerja. Sebenarnya tidak diizinkan oleh orang tua saya untuk bekerja karena orang tua saya meminta saya untuk memilih kuliah atau bekerja. Manusia pasti di suruh memilih salah satu di antara 2 pilihan atau lebih, namun kita harus memilih mana yang terbaik di antara pilihan tersebut. Akhirnya saya putuskan untuk memilih kuliah lalu bekerja. Pada saat pengumuman SNMPTN atau STAN, saya tidak lulus. Kemudian saya mendapat surat dari berbagai perguruan tinggi atau universitas, politeknik, dan lembaga pendidikan lainnya, tidak hanya berasal dari Jakarta saja tapi dari berbagai macam daerah surat yang datang ke rumah melalui pos serta yang berisikan penawaran kuliah dengan beasiswa, seperti: Bandung, Semarang, dan Yogyakarta.
Saya merasa bingung apa yang harus saya pilih universitas dan jurusannya. Saya bertanya pada kakak-kakak saya atau guru-guru saya di sekolah. Saya tertarik dalam bidang komputer, lalu saya berniat untuk mengambil jurusan Teknik Informatika (IT) di Universitas Gunadarma (UG). Selama proses pengambilan beasiswa di UG kalimalang, saya harus datang beberapa kali untuk penerimaan mahasiswa baru. banyak teman-teman SMA saya yang kuliah di UG.  Kemudian saya telah resmi menjadi mahasiswi UG angakatan 2010. Dengan saya kuliah di UG ini, saya bisa menjadi mahasiswi yang berprestasi dalam bidang akademik atau non akademik dan cita-cita saya tercapai serta ingin memajukan generasi berikutnya. Amin.
Manusia itu tidak luput dari kesalahan. Jika ada kesalahan dari penulis, mohon dimaafkan. Terima kasih. Wassalammu’alaikum WR.WB.

The End

Thank you for visit my blog

Template by:

Free Blog Templates