Kamis, 14 Oktober 2010

Hargai Golongan Minoritas di Indonesia

Minoritas adalah kelompok sosial yang tak menyusun mayoritas populasi total dari voting dominan secara politis dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Minoritas sosiologis tak perlu bersifat numerik sebab dapat mencakup kelompok yang di bawah normal dengan memandang pada kelompok dominan dalam hal status sosial, pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan kekuasaan politik.

“Mari kita lindungi dan ayomi kelompok- kelompok minoritas, baik dari segi keagamaan maupun identitas sosial lainnya. Mari kita bangun kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dilandasi kokohnya kerukunan antarumat beragama,” kata Presiden saat memberikan sambutan dalam peringatan Nuzulul Quran Tahun 1431 Hijriyah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (26/8/2010) malam. (Kompas.com Edisi 26/08/2010).

Menarik untuk kita resapi ucapan SBY diatas, ucapan sang negarawan, ucapan yang sangat menyejukkan ditengah keberagaman kita sebagai Indonesia. Kelompok minoritas di Indonesia memang harus dihargai dan dilindungi. Betapa tidak, sudah banyak peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada kebencian terhadap kelompok minoritas. Bila kita menengok kebelakang misalnya, di Makassar bila oknum yang kebetulan dari etnis Cina berbuat kriminal, maka seluruh orang Cina akan mendapatkan akibatnya dan peristiwa terakhir yang masih hangat adalah pembubaran paksa jemaat HKBP yang tengah beribadah di Pondok Timur Indah Bekasi oleh ormas-ormas tertentu.

Golongan minoritas disini bukan hanya orang Cina, orang Kristen. Namun di Indonesia semua agama, suku dan golongan adalah minoritas. Orang Islam minoritas di Manado, Bali, dan Papua, suku Jawa minoritas di Makassar, Suku Makassar minoritas di Maluku. Kalau kita mau mempertentangkan agama, suku atau golongan, maka akan sangat mudah didapat pertentangannya. Olehnya itu kita harus sadar dan menanamkan ke sanubari kita masing-masing bahwa kita ini orang Indonesia adalah satu meskipun berbeda, kita memang berbeda tapi satu jua Indonesia. Begitupun kita sebagai orang Indonesia jangan saling membenci antar satu golongan, suku dan agama yang lain, karena esok atau lusa jika kita benar-benar berperang melawan Malaysia, maka identitas Indonesia-lah yang akan mempersatukan kita di medan perang. Kita semua adalah satu ,Indonesia.

Kategorisasi Minoritas dalam Sejarah Islam
Oleh Novriantoni Kahar

Yang pantas disikapi serius tentulah minoritas yang merongrong sendi-sendi bernegara, sekaligus membuat kekacauan sosial-politik ataupun secara berulang-ulang main hakim sendiri ke kelompok lain. Sejarah politik Islam menunjukkan kelompok seperti ini akan direpresi tanpa ampun. Namun, di sebuah negara beradab seperti Indonesia, perlakuan manusiawi terhadap minoritas apa pun tetaplah harus dijunjung tinggi. Dari situlah tingkat peradaban suatu bangsa dapat diukur dan dibanggakan.

Salah satu persoalan serius Indonesia setelah reformasi adalah kegamangan pemerintah melakukan proteksi terhadap kelompok minoritas agama yang tertindas. Kegamangan itulah yang memasung sikap pemerintah dalam beberapa kasus kekerasan terhadap minoritas Ahmadiyah, Lia Eden, nabi-nabi dan agama-agama lokal, penutupan gereja, serta kasus kekerasan lainnya. Untuk minoritas non-Islam, standarnya dituntun oleh dokumen-dokumen normatif Islam ataupun praktek luhur penguasa muslim yang dibakukan dalam sistem zimmah. Sistem proteksi dan perlakuan setara bagi nonmuslim itu-sekalipun tak relevan di zaman modern ini-secara komparatif jauh lebih beradab dalam mengurus minoritas lain agama dibanding praktek negara-negara Eropa di zaman yang sama.

Minoritas disikapi sebagai bentuk keragaman ekspresi keyakinan internal umat, yang dalam nomenklatur Islam dikenal sebagai adabiyyat al-firaq atau khazanah sekte-sekte. Mereka lazimnya tidak dianggap ancaman terhadap keutuhan bernegara. Soal ini berada di domain dakwah, bukan domain dawlah atau negara. Karena diletakkan sebagai urusan persuasi di antara masyarakat sipil, negara biasanya tidak memperlakukan mereka secara semena-mena, bahkan cenderung menenggang keberadaan mereka. Namun tetap saja tingkat toleransi dan intoleransi penguasa dapat diwarnai dan dipengaruhi oleh propaganda ulama di lingkungan kekuasaan.

Untuk yang jelas-jelas mengancam sendi dan jati diri bangsa pun, sejarah Islam masih memberikan ruang toleransi. Di lingkungan Sunni, minoritas internal Islam seperti Druz dan Syiah masih dimaklumi asalkan tidak berbuat kekacauan. Dalam sejarah Indonesia modern, ini persis seperti mereka yang tak sudi hormat bendera dan menyanyikan Indonesia Raya. Tidak seperti teroris atau ormas garis keras yang melakukan agresi ke pihak lain, mereka sudah sewajarnya mendapat dispensasi meskipun sudah melemahkan sendi-sendi bernegara. (Artikel ini sebelumnya telah dimuat di Majalah Tempo, 13 September 2010)

Yang pantas disikapi serius tentulah minoritas yang merongrong sendi-sendi bernegara, sekaligus membuat kekacauan sosial-politik ataupun secara berulang-ulang main hakim sendiri ke kelompok lain. Sejarah politik Islam menunjukkan kelompok seperti ini akan direpresi tanpa ampun. Namun, di sebuah negara beradab seperti Indonesia, perlakuan manusiawi terhadap minoritas apa pun tetaplah harus dijunjung tinggi. Dari situlah tingkat peradaban suatu bangsa dapat diukur dan dibanggakan. Keluhuran budi dalam memperlakukan kaum minoritas yang nonagresif merupakan ciri bangsa yang maju dan beradab.

1 komentar:

Lilis Setyowati mengatakan...

Hei friend, karena kita ini mahasiswa gundar, tolong ya blognya di kasih link UG, seperti www.gunadarma.ac.id, Studentsite studentsite.gunadarma.ac.id dan lain lain karna link link tersebut mempengaruhi kriteria penilaian mata kuliah soft skill



Selain itu, Yuk ikut lomba 10 kategori lomba khusus bagi mahasiswa Universitas Gunadarma. Edisi Desember 2012 ini diperuntukan bagi mahasiswa S1 dan D3. Tersedia 100 pemenang, atau 10 pemenang untuk setiap kategori. link http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php?stateid=shownews&idn=755



Oh iya, kalian nggak mau ketinggalan kan untuk update terhadap berita studentsite dan BAAK, maka dari itu, yuk pasang RSS di Studentsite kalian...untuk info lebih lanjut bagaimana cara memasang RSS, silahkan kunjungi link inihttp://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5

Posting Komentar

Thank you for visit my blog

Template by:

Free Blog Templates